DALAM PERANTAUAN
Pergi jauh dari sebuah kenyamanan, bukan berarti ini adalah sebuah kesukarelaan. Namun, ini adalah sebuah pemaksaan, memaksa diri sendiri untuk bisa melangkah, berlari lebih kencang dan terbang untuk mencapai puncak yang diharapkan.
Jangan sampai perjalanan ini hanya untuk dunia semata, maksimalkanlah hidup ini untuk kehidupan yang lebih abadi. karena perjalanan hidup bukan hanya tentang sebuah mimpi namun tentang sebuah arti.
Jika hidup hanya untuk sekedar hidup (bernapas, makan, mengeluarkan energi lalu terpulas kembali) maka yakinlah, Allah tidak menciptakan kita untuk hal yang sesingkat itu, ada sesuatu yang lebih luas yang tak akan pernah bisa kita tulis kisahnya, yang tak kan pernah kita ketahui tanpa seizin-Nya.
Dalam perantauan kita kadang khilaf dan merasa sepi, aku dzalim pada raga dan mengabaikan jasa-jasanya. satu helai rambut pun akan dipinta pertanggungjawabannya, maka jika kita, tidak pernah merasa khawatir terhalang keridha-an Nya, Takutlah! bisa jadi kita termasuk pada golongan orang yang hatinya telah membatu.
Bukan untuk surga kita beribadah, bukan takut neraka kita tekun beribadah, tapi kita melaksanakan perintahNya agar selalu mendapat ke-ridha-an Nya.
Dalam perantauan, kita dapat merasakan bagaimana hidup, seperti apa sebenarnya kita, dan siapa kita, dari mana kita dan kelas apa kita? kehidupan yang heterogen akan mengajarkan bagaimana kamu bisa bertindak dan berpikir dewasa, lagi-lagi membentuk jiwa yang dewasa dan positif bukan tentang sukarela dan keturunan atau keajaiban. Namun, paksaan dan tuntutan diri kita untuk dapat memertanggungjawabkan amanah besar yang dipikul sebagai seorang muslim yang taat, mengakan yang benar, dan mengatakan salah kepada yang salah.
Kesabaran. Orang bilang sabar ada batasnya, sungguh sebenarnya sabar adalah tingkat yang akan banyak sekali godaannya, bagaimana bisa manusia menghilangkan nafsu yang selalu memusuhi rasa sabar ini? ? tidak akan, tidak akan bisa. Manusia dalam kesabarannya pasti tergoda untuk meluapkan kelelahan dan kekesalan yang terlihat dan ada dipikirkannya. Namun, sabar tiada batasnya. kita hanya bisa marah jika keyakinan kita dicaci, namun jika hanya sebatas harga diri yang tercaci maka diamlah, mungkin memang diri kita yang tak mampu bersikap totalitas suci, kita bisa saja khilaf namun ini semua bukan untuk dimaklumi namun disadari dan tidak mengulangi dikemudian hari.
Dunia perantauan, dalam perjalanannya kita akan temukan keluarga baru, saudara baru, sahabat baru dan teman baru. kita tidak bisa membatasi diri dalam bersosialisasi, kerukunan harus kita jaga agar tercipta suasana tentram, nyaman dan damai. Namun kita harus selalu membatasi sampai mana dan sejauhmana kita mengikat hubungan sosial kepada kerabat kita yang ada diperantauan.
Kita tidak bisa menyentuh hubungan yang tidak berdasarkan ridha Allah SWT. semua atas kehendak dan ridha Allah maka semua akan berjalan lancar dalam semaksimal mungkin keyakinan kita.
"Man jadda wa jadda"
jatinangor, 00.45 10 02 17
• Cinta (pia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar