Kamis, 09 Februari 2017

Perantauanku

DALAM PERANTAUAN

Pergi jauh dari sebuah kenyamanan,  bukan berarti ini adalah sebuah kesukarelaan. Namun, ini adalah sebuah pemaksaan,  memaksa diri sendiri untuk bisa melangkah,  berlari lebih kencang dan terbang untuk mencapai puncak yang diharapkan.

Jangan sampai perjalanan ini hanya untuk dunia semata, maksimalkanlah hidup ini untuk kehidupan yang lebih abadi.  karena perjalanan hidup bukan hanya tentang sebuah mimpi namun tentang sebuah arti.

Jika hidup hanya untuk sekedar hidup (bernapas, makan,  mengeluarkan energi lalu terpulas kembali)  maka yakinlah,  Allah tidak menciptakan kita untuk hal yang sesingkat itu, ada sesuatu yang lebih luas yang tak akan pernah bisa kita tulis kisahnya,  yang tak kan pernah kita ketahui tanpa seizin-Nya.

Dalam perantauan kita kadang khilaf dan merasa sepi,  aku dzalim pada raga dan mengabaikan jasa-jasanya.  satu helai rambut pun akan dipinta pertanggungjawabannya,  maka jika kita,  tidak pernah merasa khawatir terhalang keridha-an Nya, Takutlah!  bisa jadi kita termasuk pada golongan orang yang hatinya telah membatu.

Bukan untuk surga kita beribadah,  bukan takut neraka kita tekun beribadah, tapi kita melaksanakan perintahNya agar selalu mendapat ke-ridha-an Nya.

Dalam perantauan,  kita dapat merasakan bagaimana hidup,  seperti apa sebenarnya kita,  dan siapa kita, dari mana kita dan kelas apa kita?  kehidupan yang heterogen akan mengajarkan bagaimana kamu bisa bertindak dan berpikir dewasa,  lagi-lagi membentuk jiwa yang dewasa dan positif bukan tentang sukarela dan keturunan atau keajaiban. Namun,  paksaan dan tuntutan diri kita untuk dapat memertanggungjawabkan amanah besar yang dipikul sebagai seorang  muslim yang taat,  mengakan yang benar,  dan mengatakan salah kepada yang salah.

Kesabaran. Orang bilang sabar ada batasnya,  sungguh sebenarnya sabar adalah tingkat yang akan banyak sekali godaannya,  bagaimana bisa manusia menghilangkan nafsu yang selalu memusuhi rasa sabar ini? ? tidak akan,  tidak akan bisa.  Manusia dalam kesabarannya pasti tergoda untuk meluapkan kelelahan dan kekesalan yang terlihat dan ada dipikirkannya.  Namun,  sabar tiada batasnya.  kita hanya bisa marah jika keyakinan kita dicaci,  namun jika hanya sebatas harga diri yang tercaci maka diamlah,  mungkin memang diri kita yang tak mampu bersikap totalitas suci,  kita bisa saja khilaf namun ini semua bukan untuk dimaklumi namun disadari dan tidak mengulangi dikemudian hari.

Dunia perantauan,  dalam perjalanannya kita akan temukan keluarga baru, saudara baru,  sahabat baru dan teman baru.  kita tidak bisa membatasi diri dalam bersosialisasi,  kerukunan harus kita jaga agar tercipta suasana tentram,  nyaman dan damai. Namun kita harus selalu membatasi sampai mana dan sejauhmana kita mengikat hubungan sosial kepada kerabat kita yang ada diperantauan.

Kita tidak bisa menyentuh hubungan yang tidak berdasarkan ridha Allah SWT.  semua atas kehendak dan ridha Allah maka semua akan berjalan lancar dalam semaksimal mungkin keyakinan kita.

"Man jadda wa jadda"

                          jatinangor,  00.45 10 02 17

•                                   Cinta (pia)

Jumat, 16 Desember 2016

kertas koyak berserakan di lantai kamar, tong sampah menumpuk hasil semalm. guratan pena perlahan terus aku goreskan tidak sampai di kata ke sepuluh aku terdiam, apa yang akan aku tuliskan. aku marah lalu melempar kertas yang ku genggam. tak terasa buku yang ada di depan hanya tertinggal beberapa lembar aku semakin geram aku lempar semua barang yang ada diatas meja.
"brakkk (suara barang jatuh) .. dug, dug, dug" (bola basket di mainkan dalam kamar)
                                         ***
"Rinjani" (sahut bu guru mengabsen)
"hadir bu"
"Dionaldi"
"hadir bu"
"kuncoro mastagi"
"hadirrr, buuu" dengan napas ter engah-engah dia berdiri di samping bu guru
"dari mana kamu ?"
"mobil saya mogok bu,"
"ya sudah, duduk kamu. sekarang kita ke materi genetik"
pembelajaran berjalan seperti biasa. sampai bunyi bel terdengar pelajaran telah selesai.
"gie, ini buku PR kamu"
"oh iyah makasih jeni" mastagi melangkah pergi
"gie,..." seru rinjani
"ya, ada apa lagi jen ?"
"tas kamu kebuka "
"oh, makasih jen"
"ya, sampai ketemu besok gie. bye" (melambaikan tangan)
"ya" gie menatap rinjani yang melangkah pergi
                                            ***
"tut,tut,turulit,turulit" bunyi hp berdering
gie, mamah di toko. bisa ke sini ?
iyah mah.
20 menit kemudian
"ada apa mah ?"
"antar mamah ke rumah teman mamah ya !"
"kenapa gak naik taksi mah ?"
"mamah pengen kamu yang anter !"
"iyah mah , gie ganti baju dulu"
setelah selesai berganti pakaian mastagi dan ibu berangkat
"rumahnya di mana mah ?"
"lurus aja dulu, nanti mamah kasih tau"
gie hanya mengangguk
"sudah kamu telpon ayah mu?"
gie hanya menggeleng
"hubungi dia kalau kamu sempat, ke kiri gie"
"iya mah, akan aku hubungi nanti"
"stop di sini gie, sudah sampai"
"aku anter ke dalam mah !"
"gak usah, mamah bisa sendiri gie. nanti kamu tidak perlu jemput mamah. mamah pulang sekitar jam 8"
"siap ibu negara yang saya kagumi"
senyum sapaan mengakhiri perbincangan mereka. saling melambaikan tangan
                                      ***
"dio, gie mana si ko lama ?"
"sabar kita kan gak janjian"
"lo yakin dia bakal ke sini ?"
"yakin, sabar jen"
jeni hanya diam dan sedikit bosan
"tuh mobilnya dateng jen"
"oke kita siap-siap"
kaca satu arah itu memperlihatkan gie yang sedang memegang gagang pintu dan memegang HP
salam rindu
dari : Ayah
pesan singkat yang di terima mastagi
"suprise..." (bunyi terompet dan segala perlengkapan perayaan terdengar saat itu)
"loh kok, kenapa ini ?"
"udah deh, temen satu sekolahan udah tau kalau lo jadi perwakilan sekolah kita ke new york" kata dio dengan gaya bahasa yang unik
dengan penuh semangat semua teman mengucapkan selamat pada gie
"selamat mastagi" satu per satu bersalaman dengan gie dan mengucapkan itu
"selamat yah gie, aku tau ini impian kamu gie"
"makasih jen"
"eh gie, lo pokoknya nanti di sana jangan lupa beli oleh- oleh buat kita semua"
"hahaha, apa si lo di. gue disana bukan buat jalan-jalan kan ?"
"pokoknya gak mau tau sempetin buat itu"
suasana pesta saat itu di penuhi dengan acara musik dan makan-makan
"jen, makasih ya sekali lagi"
"terus aja sampe seribu kali"
mereka tertawa
acara selesai sore menjelang malam
"gie gue balik duluan nyokap minta di jemput"
"dioo, gue pulang sama siapa ?"
"udah, ayo bareng"
"gie, kamu gak jemput mamah kamu dulu ?"
"tadi mamah gak mau di jemput, udah ayo bareng"
gie mengantarkan rinjani ke rumanya
"gie, pasti ke new york kamu seneng kan ?"
"dulunya iyah"
"loh ko gitu ?"
gie diam rinjani menatap gie gelisah
"bukannya dengan kamu kesana, kamu bakal ketemu A..."
"itu dulu jen, sekarang aku pikir dia terlalu sibuk walaupun aku kesana dia mana mungkin menemui aku"
"sekarang aku tanya sama kamu, kapan terakhir kamu hubungi dia ?"
gie terdiam, mengingat saat ulang tahun ke 11 dimana ayahnya janji akan pulang dan membelikan mainan kesukaannya
"nah, kamu ingat kan ? kapan kamu ucpin sayang sama dia ?"
gie berusaha mengingat, namun dia memang lupa, pernahkah dia menyapa ayah nya dengan baik ?
"stop di sini gie, rumah aku kamu lewat. oke satu pesan dari aku, pikirkan kata apa yang benar ingin kamu ungkapkan ke ayah kamu, sesuai harapan kamu dulu."
gie menatap rinjani yang keluar dari mobil dan menutup pintu lalu berjalan menuju rumahnya
"bye, gie. sampai jumpa besok"
                                       ***
mastagi membuka mata, dia buka kembali pesan singkat dari ayahnya sejak dari 5 tahun yang lalu,
masta, maaf ayah tidak pamit. ayah terburu-buru dengan tugas kantor menuju new york
Dari :Ayah
17/10/1999
semoga proyek ayah kali ini lancar ayah secepatnya bisa bersama masta dan mamah .
Dari : Ayah
23/02/2001
Disini musim dingin gie, ayah merindukan kehangatan minum teh di musim hujan bersama kalian.
Dari : Ayah
01/12/2003
Salam Rindu
Dari : Ayah
06/06/2004
lebih dari seharian dia scroll peran yang ada di HP nya.
"gie, seharian kamu di kamar. makan dulu, mamah tunggu di meja makan"
                                    ***
gie menuju ruang makan, disana ibunya duduk dengan tersenyum.
"ayo gie, makan yang lahap nanti di luar sana kamu akan rindu masakan mamah kan ?"
gie menatap mamahnya, dia melihat wajah mamah penuh dengan binar kebahagiaan
"mah, mamah senang aku ke sana ?"
"jelas saja gie, nanti kamu temui ayah ya"
"ayah sudah tau aku ke sana ?"
"jelas gie, ayah bahagia kamu aksn kesana"
"mah, lama aku tak berbicara dengan ayah"
"coba kamu sapa dia dengan baik, seperti dulu. waktu kamu kecil"
mamah tertawa membayangkan mastagi kecil yang sedang menyapa ayahnya.
"mamah gak ikut ?"
"kamu sudah dewasa, lagian ada ayah di sana"
"aku mungkin tidak sempat menemui ayah disana"
"temui ayah gie meskipun hanya sebentar, atau kamu ajak ketemu di bandara, lalu berangkat bersama ke tempat kamu disana"
"akan aku pikirkan mah"
suasana makan siang kali itu hening namun penuh cinta dari mamah untuk mastagi
                                         ***
jen, lagi ngapain kamu ?
sambil berbaring mastagi menulis pesan singkat di BBM
Rinjani Alam
lagi ngerjain tugas dari bu kania kemarin. kamu ada apa ?
Kuncoro Mastagi
tentang obrolan kamu semalam. aku masih memikirkannya
Rinjani Alam
kamu lupa yang akan kamu ucapkan ?
kuncoro Mastagi
Tidak, namun keadaannya berbeda
Rinjani Alam
Beda gimana gie? ungkapkan saja. udah itu  bukan orang asingkan ? dia orang penting buat kmu dia inspirasi terbesar kamu gie.
Kuncoro Mastagi
iyah jen, hari rabu aku berangkat. kamu mau ikut nganter aku bareng mamah ?
Rinjani Alam
Boleh.
Kuncoro Mastagi
Nitip mamah ya selagi aku di sana
Rinjani Alam
Oke.
Kuncoro Mastagi
Akhir-akhir ini kesehatan mamah menurun
Rinjani Alam
Siap. perlu aku antar jemput berobat ?
Kuncoro Mastagi
:) tidak usah. mamah tidak akan cerita tentang kesehatannya. dia berobat di rumah temennya. kebetulan dia dokter
aku tau hal itu baru kemarin
Rinjani Alam
Oke gie. udah sana siapin bahan presentasi penelitian kamu.
sedikit lega Mastagi dengan bebannya. dia mulai menulis kembali surat untuk ayahnya.
                            ***
Senin pagi, mastagi berangkat ke sekolah
rutunitas keseharian dan cara aku berangkat ke sekolah tidak perlu aku jelaskan di sini ya kawan.
di saat menulis ini aku belum mandi, masih pagi dengan air pegunungan yang dingin.
"gie"
"hei jen"
"wah, kamu udah cocok jadi sarjana ni"
"muka aku setua itu ?"
hahhaha (tertawa bersama)
"rabu aku berangkat insyaallah, sekarang aku mau ngurus administrasinya ke pa jayadi"
"oh iyah, Semangat gie. aku ke kelas dulu. tugas bu kania sekarang di kumpulin"
"iyah semangat juga jen"
melambai tangan mastagi tidak seperti kebiasaannya.
jeni melangkah setengah lari krena bel telah berbunyi dan dio mengejar rinjani
"hai, gie.. jen tungguin gue, tugas bu kania gue liat dulu"
gie senyum manis melihat mereka berdua kejar-kejaran menuju kelas.
masalah administrasi sudah selesai. gie menunggu jeni.
"hei, jen"
"gie ? , aku kira kamu pulang langsung"
"HEII"
"dio, lo ngagetin aja"
"jangan lupa gie, Oleh-oleh. gue jemput ade gue dulu"
"loe rusuh amet si yo ?"
"bye"
"ada apa gie ?"
"yu gue anterin kamu pulang"
mereka berdua masuk kedalam mobil lalu berangkat.
"nanti ajak dion juga ya buat nganterin aku kebandara"
hahaha "iyah, aku sms deh dia. dan besok aku ajak"
"makasih jen, nanti sore aku sms ayah"
"nunggu sore ? kenapa gak sekarang"
"sekarang ngantrerin lo dulu."
rinjani hanya mengangguk.
setibanya di rumah jeni. seperti biasa, terlewat dan berjalan. sebelumnya gie berkata
"inget ya titip mamah di sini"
"iyah, sampai jumpa besok. kamu besok ke sekolah ?"
"nggak"
jeni melambaikan tangannya sampai mobil tak terlihat. tanpa sadar mata jeni berlinang
                                ***
senin sore,
Ayah, hari rabu aku berangkat ke new york. ayah pasti sudah mendengar cerita ini dari mamah, selamat isirahat ayah. sampai jumpa lusa di bandara
Untuk :Ayah
08/06/2004
pesan pertama setelah 5 tahun ayah di newyork.
gie berbaring dan istirahat setelah ia sembahyang ashar. malam dia merapihkan pakaian bersama mamah dan beristirahat.
hari selasa, mastagi habiskan waktu bersama ibunya. mulai dari ikut berbelanja, pergi ke toko, nonton bareng, masak bareng, bercerira sampai dia dan mamahnya tertidur di sopa keluarga.
                                ***
pagi cerah cahaya jingga dengan kecepatan yang tak tertandingi mulai menyentuh setengh wajah mastagi.
rabu yang indah. sahabat, dan mamah mastagi juga bergegas terbangun dan bersiap-siap menuju bandara.
06:59 semua jam di sama ratakan sebelumnya oleh mereka.
sepucuk surat mastagi untuk ayah telah di siapkan. dia keluar kamar dengan rapi dan membawa koper menuju mobil yang akan mengantar ke bandara.
"sudah siap gie ?"
"sudah mah"
"asalamualaikum" suara kedua teman mastagi
"tuh mereka udah di depan. ayo"
gie dan mamah menuju pintu, dan berkata
"yuk berangkat"
mereka berangkat bersama, suasana dalam mobil tak terkendali sangat meriah dengan dion yang menceritakan sikap mastagi kepada mamah dan rinjani yang selalu memuji mastagi. mastagi hanya tersenyum duduk di samping pa supir , sambil menatap surat diatas tumpukan paspor untuk ayahnya
tiba di bandara , semua hanya melambai dan berkata
"sampai jumpa, hat-hati di jalan nak"
"sampai jumpa gie, sapa ayah ya"
"sampai jumpa gie, pulang lagi dengan oleh-oleh ya"
"hahaha" semua tertawa suasana haru bahagia dan mengurai air mata
gie dari kejauhan melambai dan tersenyum. dia masuk menunjukan paspor dan duduk di dalam pesawat
aku di pesawat
untuk: Ayah
10/06/2004
12:01
waktu New york
dia tiba di bandara new york.
melihat sekeliling menikmati indah dan rapi kota new york dan memerhatikan sekitar.
"Masta. Masta. Masta. Mastagi"
kelaki paruh baya berumur sekitar kepala 4 melambaikan tangan pada gie dari kejauhan. gie terdiam dia bingung.. dia membayangkan dulu ketika dia berumur 5 tahun di saat ia marah kepada ayah nya.sikap ke kanak-kanakannya kembali ia tunjukan. ayahnya setengah lari menghampirinya  ketika mendekat gie hanya menyodorkan kedua tangannya dan tertunduk. ayahnya tersenyum membayangkan kejadian waktu 11 tahun silam. ayah juga bersikap seperti sebelas tahun silam, mengambil surat dan memasukannya kekantong lalu mengusap usap kepala mastagi..
lalu membalikan tubuh mastagi, kalau dulu ayah mengangkat mastagi sampai dia menjerit sekarang ayah mendorong masta dari belakang sampai masta berkata
"ayah. orang yang aku sayangi adalah ayah, setelah ibu. tapi percayalah hanya pada ayah sekarang aku berterus terang bahwa aku sangat menyayangi ayah. ayah inspirasi ku ayah yang telah berjuang untuk masa depan ku. demi aku ayah tinggal di luar negri,  tapi aku baru memahami hal itu hari ini. maaf ayah"
"sudah, ayah tau itu ayah senang kamu di sini. mari minum teh bersama, mengisi kehangatan"
dengan mata berlinang diantara keduanya mereka berpelukan peluk cinta ayah dan anak.
"mamah gak di ajak ni"
mereka berdua terkejut
"mamah, kok mamah ?"
"iyah, mamah tidak mau ketinggalan suasana kehangatan minum teh di new york"
"ayah ?"
"sudah kita nikmati sejenak kehangatan minum teh yang kita lakukan 5 tahun silam di waktu hujan denga suasana dan tempat yang berbeda. ayah tidak merencanakan ini gie"
mereka menikmati teh di cafe terdekat dari bandara.
                                    ***
kehangatan muncul dari hal terkecil yang dapat berpengaruh besar. ini cerita ku, apa cerita mu. ayah adalah orang yang luar biasa bagiku. sapaan pertama untuk yang tercinta mu pada siapa ? tunjukan dan ungkapkan selagi orang yang kita cintai masih ada
salam sehat, semangat dan ceria since 05:30 - 09:00 a.m
27 juni 2015
Tulisan ini merupakan esai yang aku ajukan pada saat wawancara penerimaan staff Ais Pangampih 2016 di Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda. Pada tanggal, 15 Desember 2016. sebuah persembahan untuk sahabat tercinta selama kuliah di sastra sunda SADAPATAS (Sastra Sunda Angkatan Dua Ribu Empat Belas). terimakasih tak terhingga dari hati yang terdalam, tanpa kalian aku tak akan bisa melewati masa-masa yang kelam kemarin.

“Deudeuh ka PAMASS”

Dua taun katukang kuring nampi pengumuman online di web SBMPTN. Sanés bungah nu dirasa, haté asa ragrag, katajong, ditincak jeung di jejek. Geus teu bisa kabayangkeun deui kumaha rasana harita, pas nampi kabar kalulusan, yén kuring katampi di jurusan Sastra Sunda Universitas Padjajaran. Sanajan loba nu masihan do’a sareng sumanget. Haté mah teu bisa kaubaran ku ucap. keukeuh peurih jeung handeueul. Meni asa hanjakal milih jurusan sastra sunda keur harita daftar tes SBMPTN.

Nu dipika deudeuh, nu dipika hayang,anu aya kaucap tina tiap sujud, tina unggal du’a, nikakeun aya dina tiap carita ka babaturan keur di MA, Teu bisa kacumponan. Teu gampang narimakeun kaayaan, tadina moal waé dicokot ieu kasempetan téh. Tapi hirup teu mikiran kahayang sorangan hungkul, aya angen-angen kolot, angen-angen sakola, jeung angen-angen tatangnga ogé deungen-deungeun.
Kahirupan kampus nu kabayang bakal mulus, ngarasa geus boga bekel élmu basa harita keur di MA kénéh, sok leukeun ngiluan kagiatan diluar sakola nu bisa mang-mingu-mingu di luar kota neupi pernah sabulan ningalkeun imah. Teu bisa disaruakeun jeung hirup sorangan nyanghareupan kaayaan kuliah, sagala jadi tanggungwaler nyalira, ti mimiti beunta dina waktu panon poé rék moncorong nepi ka peureumna tuluy balik deui beunta, éta jadi kaputusan sorangan. Hirup kumaha sorangan, sukses henteuna sorangan nu ngalakonan.

Butuh dua taun kanggo kuring bisa ngarti, rék naon di sastra sunda, jeung  kunaon gusti nu widi téh ngajadikeun kuring aya di dieu. sagala ka tangtuanna pasti aya alesan nu bakal jadi manpaat jang kahirupan kuring salaku hambana.

PAMASS dina kamadang kuring, mangrupakeun padumukan nu ka sabarahiji mah, Tina sababara tempat nu geus ku kuring jadikeun padumukan, lian ti padumukan saenyana nu dicicingan ku indung jeung bapa  ogé ku rai jeung raka. Bisa dicaritakeun mah mun lain aya PAMASS meureun geus eweuh pisan kahayang indit ka kampus téh. Tapi gusti nu maha suci mah pasti boga sagala ubar keur umatna nu can éling kana takdir jeung ka tangtuanna.
Loba hareupan kuring ka PAMASS, lain ti ayeuna datangna. Tapi, ti waktu kuring apal yén sastra sunda ngabogaan HIMA nu ngarana PAMASS. Asa reugreug haté anu remuk basa harita.  ku ngadéngé ngaran PAMASS bisa jadi ubar keur haté nu nalangsa, asa jadi jalma anu teger, singer jeung bener. Hartina loba pisan kamandang positip kana naon-naon anu bakal dilakonan ku PAMASS, jeung teu sagawayah jelema bisa asup jeung ka aku jadi wadya balada PAMASS. Angkatan 2012 anu jadi eunteung ngenaan PAMASS. Ku aya na kang ijal jeung réngrénganna, tidinya kuring aya saeutik tekad jang ngabubungah haté ka kaayaan kuliah di sastra sunda.

Seuweu siwi siliwangi, nu aya dina karatagan PAMASS di hatéan ku kuring. Kuring miharep pisan, lain kuring hungkul nu kitu, tapi kabeh entragan boga kamandang kawas kieu. Sangkan sunda bisa nanjeur di buana. Teu jadi pondok harepan kuring ka PAMASS, ku ningali tiap kagiatan nu diayakeun. Pasti pada nyekel kamandang kitu, yakin jeung kudu yakin, kuring percaya sunda bisa nanjeur lamun urang bener, nanging gusti nu maha kawasa nu bakal nembongkeun.

Tekad nu di piboga, lain saukur tina hawa napsu jeung kapeurih anu ka gugu, tapi dibarengan ku istighfar yén tina tiap kecap nu kuring tulis bisa di ceukeul tanggungwalerna, Aamiin.

PAMASS geus boga sagalana, kuring arék jadi jalma tambarakan tina pasoalan kawas kieu, tambarakan dina nyandak sagala rupa élmu nu aya di jerona. Da ceuk agama gé teu matak jadi dosa malah jadi pahala pikeun jalma anu ngalakonanna, hiji nu kurang ti PAMASS nyaéta, élmu agama nu teu dijadikeun dasar, padahal sunda boga runtuyan carita nu nguatkeun yén katurunan Adam (buka buku sajarah kabudayaan sunda karya Edi) nu kadieuna keun jadi istilah sunda wiwitan, sunda asli atawa sunda asal.

Sabilulungan, dasar gotong royong, Sabilulungan sipat silih rojong, Sabilulungan persatuan tembong. Kitu mereun naon nu arék ku kuring gawéan di PAMASS jang sastra sunda ka hareupna. Moal bisa kuring sorangan jang nanjeurkeun PAMASS, kuring butuh sakabéh entragan boga sumanget nu sajajar, boga sikep jeung dedikasi nu luhur sangkan sunda bisa nanjeur di Buana. Jeung PAMASS bisa jadi alat jang nanjeurkeun na. jadi gantar lamun Sunda kudu di tangtungkeun kaluhur, jadi tameng lamun Sunda butuh dijaga,  jadi sabab lamun sunda kudu maju, jadi jelema lamun sunda ruhna, lamun sunda imahna, mangka kuring jeung babaturan saparakanca anu nempatanna. Bersih, alus jeung ramé ogé manfaatna éta imah kumaha nu ngeusianna nyaéta urang. Urang salaku mahasiswa Sastra Sunda boga tanggungwaler anu kacida beuratna, tanggungwaler ngajaga kahadéananu geus dijieun ku karuhun urang salaréa.


Ditulis, 14-15 desember 2016 
ku Cinta (pia maryana)
Jatinangor (rumah kasih bagi penggila ilmu)